Kajian Ramadhan “Al-Quran dan Shaum Ingin Memuliakan Manusia”
Kajian Ramadhan “Al-Quran dan Shaum Ingin Memuliakan Manusia”
Dalam Tausiahnya Ust. Vakhrudin Jayadi memberikan penjelasan tentang bagaimana orang-orang yang beriman dapat memperoleh tingkatan takwa, Bulan Ramadhan adalah bulan Al Qur’an. Semestinya di bulan Al Qur’an ini umat Islam mengencangkan ikat pinggang dan menancap gas untuk lebih bersemangat membaca serta merenungkan isi Al Qur’an Al Karim. Ya, perenungan isi Al Qur’an hendaknya mendapat porsi yang besar dari aktifitas umat muslim di bulan suci ini. Mengingat hanya dengan inilah umat Islam dapat mengembalikan peran Al Qur’an sebagai pedoman hidup dan panduan menuju jalan yang benar
”Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah : 183)
Maknanya adalah; wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana kewajiban puasa juga telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian dari kalangan ahli kitab , agar kalian bertaqwa, karena puasa merupakan sarana menuju ketaqwaan.
Pertama, Kalimat merupakan seruan yakni seruan kepada orang-orang yang beriman, mencakup umum laki-laki dan perempuan yang beriman, untuk apa? Dalam ayat ini untuk menegakkan ibadah shaum yang merupakan amal shalih, mengisyaratkan konsekuensi keimanan adalah beramal shalih. Iman dan amal shalih tak bisa dipisahkan, keduanya bagaikan dua sisi uang koin yang menyatu.
Kedua, Kata kutiba berbentuk kata kerja pasif yang mengandung konotasi furidha yakni difardhukan. Maka jelas bahwa shaum ramadhan hukumnya fardhu, lebih dari sekedar wajib. Istilah fardhu itu sendiri dalam istilah ushul, adalah kewajiban yang didasari dalil-dalil qath’iyyah yakni dalil yang pasti, mencakup tsubut (penetapan sumbernya) dan dilalah (penunjukkan maknanya), dan dihukumi kufur siapa saja yang mengingkarinya.
Ketiga, Kata al-shiyam adalah mashdar dari kata kerja asal katanya secara bahasa bermakna menahan diri dari sesuatu dan meninggalkannya ini. Sedangkan secara syar’i
“Menahan diri dari mulai terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari dari segala hal yang membatalkan, dalam kondisi menyadari sedang shaum disertai dengan niat.”
Keempat, Kalimat menunjukkan hikmah dari ibadah shaum yakni untuk mewujudkan ketakwaan.
Yang menjadi pertanyaan sekarang, apakah taqwa itu?
Secara bahasa arab, taqwa berasal dari fi’il ittaqa-yattaqi, yang artinya berhati-hati, waspada, takut. Bertaqwa dari maksiat maksudnya waspada dan takut terjerumus dalam maksiat. Namun secara istilah, definisi taqwa yang terindah adalah yang diungkapkan oleh Thalq Bin Habib Al’Anazi:
“Taqwa adalah mengamalkan ketaatan kepada Allah dengan cahaya Allah (dalil), mengharap ampunan Allah, meninggalkan maksiat dengan cahaya Allah (dalil), dan takut terhadap adzab Allah”.
Setelah mengetahui makna taqwa, simaklah penjelasan indah berikut ini dari Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah dalam tafsirnya, tentang keterkaitan antara puasa dengan ketaqwaan: “Puasa itu salah satu sebab terbesar menuju ketaqwaan. Karena orang yang berpuasa telah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Selain itu, keterkaitan yang lebih luas lagi antara puasa dan ketaqwaan:
- Orang yang berpuasa menjauhkan diri dari yang diharamkan oleh Allah berupa makan, minum jima’ dan semisalnya. Padahal jiwa manusia memiliki kecenderungan kepada semua itu. Ia meninggalkan semua itu demi mendekatkan diri kepada Allah, dan mengharap pahala dari-Nya. Ini semua merupakan bentuk taqwa’
- Orang yang berpuasa melatih dirinya untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan menjauhi hal-hal yang disukai oleh nafsunya, padahal sebetulnya ia mampu untuk makan, minum atau berjima tanpa diketahui orang, namun ia meninggalkannya karena sadar bahwa Allah mengawasinya
- Puasa itu mempersempit gerak setan dalam aliran darah manusia, sehingga pengaruh setan melemah. Akibatnya maksiat dapat dikurangi
- Puasa itu secara umum dapat memperbanyak ketaatan kepada Allah, dan ini merupakan tabiat orang yang bertaqwa
- Dengan puasa, orang kaya merasakan perihnya rasa lapar. Sehingga ia akan lebih peduli kepada orang-orang faqir yang kekurangan. Dan ini juga merupakan tabiat orang yang bertaqwa.
Semoga puasa tahun ini kita jadikan sebagai ukuran kadar keimanan kepada sang Kholiq, dan kian bertambah sempurna capaian raihan ibadah-ibadah yang diagungkan pada Ramadhan ini. amin